Profil Ursula Burns: Dari Anak Magang Menjadi CEO Wanita Kulit Hitam Pertama di Xerox

Profil Ursula Burns: Image Andalan

Hari ini, saya ingin membahas sebuah figur yang kisahnya memberikan pelajaran luar biasa tentang determinasi, kepemimpinan, dan pendobrakan batasan. Dalam dunia bisnis yang sering kali didominasi oleh figur-figur tertentu, ada beberapa nama yang bersinar begitu terang karena perjalanan mereka yang tidak biasa. Salah satunya adalah Ursula Burns.

Melalui tulisan ini, saya ingin mengupas tuntas profil Ursula Burns, bukan hanya sebagai seorang pemimpin bisnis, tetapi sebagai simbol bahwa kerja keras dan ketekunan mampu membawa seseorang melampaui ekspektasi terliar sekalipun. Kisahnya adalah bukti nyata bahwa latar belakang bukanlah penghalang untuk mencapai puncak tertinggi.

Profil Ursula Burns

Bagi saya, kisah sukses seorang pemimpin besar tidak pernah dimulai dari ruang rapat atau saat mereka meraih jabatan tinggi. Kisah mereka sesungguhnya berakar dari perjalanan hidup, tantangan, dan tempaan karakter yang mereka alami sejak awal. Untuk bisa benar-benar mengapresiasi pencapaian dan gaya kepemimpinan Ursula Burns, saya ingin mengajak Anda untuk melihat fondasinya terlebih dahulu.

1. Awal Kehidupan Ursula Burns

Profil Ursula Burns: Awal Kehidupan
sc: chief

Untuk memahami pencapaian Ursula Burns, kita harus melihat kembali ke akarnya. Beliau dibesarkan oleh seorang ibu tunggal di Baruch Houses, sebuah proyek perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah di Lower East Side, Manhattan. Ibunya bekerja keras dengan menyetrika pakaian dan menjalankan bisnis penitipan anak untuk menyekolahkan Ursula dan kedua saudaranya ke sekolah Katolik.

Pesan ibunya selalu jelas, “Di mana kamu berada tidak menentukan siapa dirimu.” Didikan yang keras namun penuh harapan inilah yang menanamkan fondasi etos kerja dan ambisi dalam diri Ursula, memberinya keyakinan bahwa ia bisa mendefinisikan masa depannya sendiri terlepas dari keterbatasan ekonomi di sekitarnya. Pendidikan menjadi tiketnya menuju dunia yang lebih luas.

Ursula menunjukkan bakatnya di bidang matematika, yang kemudian membawanya untuk mengejar gelar sarjana di bidang teknik mesin dari Polytechnic Institute of New York pada tahun 1980. Tidak berhenti di situ, beliau melanjutkan pendidikannya dan berhasil meraih gelar master di bidang teknik mesin dari Columbia University setahun kemudian, yaitu pada tahun 1981. Pilihan bidang studinya yang didominasi pria pada saat itu sudah menunjukkan keberanian dan keinginannya untuk masuk ke arena yang menantang, sebuah sifat yang terus ia bawa sepanjang kariernya.

2. Perjalanan Karier Luar Biasa di Xerox

Kisah Ursula Burns di Xerox adalah salah satu studi kasus terbaik tentang loyalitas dan pertumbuhan karier vertikal. Perjalanannya dimulai pada tahun 1980 sebagai seorang pegawai magang di bidang teknik. Dari posisi awal tersebut, beliau menunjukkan kompetensi yang luar biasa dan secara bertahap menapaki berbagai peran penting di dalam perusahaan, mulai dari pengembangan produk hingga perencanaan.

Itu adalah sebuah proses panjang yang membuktikan bahwa beliau tidak mendapatkan posisinya secara instan, melainkan melalui pemahaman mendalam tentang setiap aspek operasional perusahaan selama puluhan tahun. Titik baliknya terjadi pada tahun 1990, ketika beliau menjadi asisten eksekutif untuk seorang pejabat senior Xerox. Peran ini memberinya eksposur langsung ke tingkat manajemen tertinggi dan pengambilan keputusan strategis.

Dari sana, kariernya melesat. Pada tahun 2000, beliau diangkat menjadi wakil presiden senior, sebuah posisi yang memberinya tanggung jawab atas manufaktur global dan rantai pasokan Xerox. Kepemimpinannya yang tegas dan efektif dalam mengelola salah satu departemen paling kompleks di perusahaan membuatnya semakin diperhitungkan sebagai calon pemimpin masa depan Xerox.

3. Puncak Kepemimpinan dan Pencapaian Bersejarah

Pada tahun 2009, Ursula Burns mencatatkan sejarah. Beliau diangkat menjadi Chief Executive Officer (CEO) Xerox, menjadikannya wanita kulit hitam pertama yang memimpin sebuah perusahaan Fortune 500. Ini bukan hanya pencapaian pribadi, tetapi juga sebuah momen penting dalam sejarah korporat Amerika yang mendobrak penghalang ras dan gender.

Pengangkatannya terjadi di tengah krisis ekonomi global, memberinya tugas berat untuk menavigasi perusahaan melewati masa-masa sulit. Beliau menjawab tantangan tersebut dengan sebuah langkah yang sangat berani dan transformatif. Di bawah kepemimpinannya, Xerox melakukan akuisisi terbesarnya dalam sejarah perusahaan dengan membeli Affiliated Computer Services (ACS) senilai 6,4 miliar dolar pada tahun 2010.

Langkah ini adalah bagian dari strategi besarnya untuk menggeser fokus Xerox dari sekadar perusahaan produk (printer dan mesin fotokopi) menjadi perusahaan layanan teknologi dan diversifikasi bisnis. Transformasi ini sangat krusial untuk kelangsungan hidup Xerox di era digital. Selain sebagai CEO, beliau juga menjabat sebagai chairwoman perusahaan dari tahun 2010 hingga 2017, memberinya kendali penuh atas arah strategis perusahaan.

4. Kekayaan Bersih dan Fakta-Fakta Menarik

Profil Ursula Burns: Kekayaan Bersih dan Fakta Menarik
sc: bloomberg

Kesuksesan karier Ursula Burns tentu saja diiringi dengan pencapaian finansial yang mengesankan. Meskipun angka pastinya berfluktuasi, beberapa sumber memperkirakan kekayaan bersihnya berada di angka sekitar 1,2 juta dolar atau lebih, yang terakumulasi dari gaji, bonus, dan kompensasi saham selama puluhan tahun berkarier di Xerox dan jabatannya di berbagai dewan direksi setelahnya.

Namun, yang lebih menarik dari sekadar angka adalah fakta-fakta lain yang membentuk profilnya. Beliau pernah ditunjuk oleh Presiden Barack Obama untuk membantu memimpin program STEM (Science, Technology, Engineering, and Mathematics) nasional pada tahun 2009, sebuah pengakuan atas pengaruhnya di bidang teknologi.  Setelah pensiun dari Xerox, pengaruhnya di dunia korporat tidak surut.

Beliau terus aktif dengan menjabat di dewan direksi beberapa perusahaan besar, termasuk Uber, Exxon Mobil, dan Teneo. Fakta menarik lainnya, beliau menikah dengan Lloyd Bean, seorang ilmuwan yang juga bekerja di Xerox, menunjukkan betapa dalamnya ikatan profesional dan personalnya dengan perusahaan tersebut. Kisah hidup dan kariernya yang luar biasa bahkan diabadikan dalam sebuah memoar berjudul “Where You Are Is Not Who You Are”, sebuah judul yang menggemakan kembali nasihat ibunya yang menjadi pilar sepanjang hidupnya.

Pelajaran dari Sosok Ursula Burns

Melihat kembali perjalanan hidup dan karier Ursula Burns, ada beberapa pelajaran penting yang bisa kita, sebagai pebisnis maupun profesional, petik. Pertama adalah kekuatan dari ketekunan. Beliau membuktikan bahwa memulai dari posisi magang bukanlah halangan untuk mencapai kursi CEO, asalkan diiringi dengan kerja keras, kemauan belajar, dan kontribusi nyata.

Kedua, pentingnya keberanian untuk melakukan transformasi. Saat dunia berubah, bisnis juga harus berani berubah. Akuisisi ACS di bawah kepemimpinannya adalah contoh nyata dari visi strategis untuk memastikan relevansi perusahaan di masa depan.

Bagi saya, kisah Ursula Burns adalah pengingat bahwa kepemimpinan sejati tidak mengenal batas. Latar belakang, gender, atau ras bukanlah penentu takdir. Hal yang terpenting adalah karakter, kompetensi, dan keberanian untuk mengambil langkah besar. Saya harap ulasan mengenai profil Ursula Burns ini dapat memberikan Anda inspirasi untuk terus mendorong batasan dalam karier dan bisnis yang Anda jalani.