Tahukah Anda siapa sebenarnya pendiri PMI (Palang Merah Indonesia) dan bagaimana kisah berdirinya organisasi kemanusiaan ini? Sejarah pendirian PMI ternyata tidak lepas dari peran krusial para tokoh bangsa yang visioner, termasuk Dr. Buntaran Martoatmodjo, Menteri Kesehatan pertama, dan Mohammad Hatta.
Tentu saja, Anda mungkin juga penasaran dengan tanggal resmi PMI didirikan. PMI didirikan pada tanggal 17 September 1945, sebuah tanggal bersejarah yang menjadi tonggak penting bagi pergerakan kemanusiaan di Indonesia. Dengan mengetahui latar belakang ini, Anda akan semakin menghargai perjuangan mereka dalam membangun sebuah lembaga yang kini menjadi andalan di saat krisis.
Mengenal Para Pendiri PMI

Palang Merah Indonesia atau yang sering kita sebut PMI, secara resmi berdiri hanya beberapa minggu setelah Proklamasi Kemerdekaan Indonesia. Kebutuhan akan organisasi kemanusiaan yang mandiri untuk mengelola korban perang dan masalah sosial lainnya menjadi alasan utama. Dr. Buntaran Martoatmodjo, sebagai Menteri Kesehatan pertama, memiliki gagasan cemerlang untuk membentuk Palang Merah Nasional.
Dengan semangat kemanusiaan yang tinggi, ia tidak bekerja sendirian, tetapi mengajak para tokoh penting lainnya seperti Dr. R. Mochtar, Dr. J. Leimena, dan beberapa dokter berpengalaman.Setelah ide matang, Dr. Buntaran Martoatmodjo dengan yakin menyampaikan usulan tersebut kepada Presiden Soekarno dan Wakil Presiden Mohammad Hatta.
Dukungan dari Wakil Presiden Mohammad Hatta ternyata sangat krusial, sebab beliau melihat pentingnya sebuah organisasi independen yang bisa bekerja tanpa memihak di tengah konflik. Sebagai pemimpin yang berintegritas, Hatta memberikan legitimasi dan dorongan moral yang kuat untuk mewujudkan cita-cita tersebut. Berkat sinergi ini, PMI pun lahir secara resmi pada 17 September 1945.
Baca juga: 5 Fakta John D. Rockefeller: Kisah Bangkit dari Nol hingga Menjadi Miliarder Pertama di Dunia
Didirikan pada Tanggal 17 September 1945

Tanggal 17 September 1945 menjadi hari yang sangat bersejarah. Setelah PMI resmi berdiri, para relawan tidak bisa langsung bekerja dengan tenang karena Indonesia masih berjuang mempertahankan kemerdekaan dari penjajah. Para pendiri PMI melihat hal ini, bersama para relawan, mereka langsung mengambil peran penting dalam Perang Kemerdekaan, bahkan berani mempertaruhkan nyawa mereka demi memberikan pertolongan pertama kepada para pejuang dan warga sipil yang terluka.
Mereka mendirikan pos-pos pertolongan di garis depan, mengumpulkan obat-obatan, dan mengangkut korban-korban ke tempat yang lebih aman. Salah satu momen heroik yang tidak terlupakan adalah saat PMI membantu evakuasi korban Pertempuran Surabaya pada tahun 1945.
Meskipun situasi saat itu serba terbatas dan ancaman penjajah mengintai, para relawan PMI tetap menjalankan tugas mereka. Mereka bekerja tanpa membedakan latar belakang, menolong siapa pun yang membutuhkan. Sepak terjang ini membuktikan bahwa semangat kemanusiaan lebih kuat daripada permusuhan, dan keberadaan PMI memberikan harapan bagi banyak orang.
Pengakuan Internasional dan Peran Vital PMI

Perjuangan PMI tidak berhenti sampai di situ. Setelah kedaulatan Indonesia diakui, PMI mulai memperluas jaringannya dan mendapatkan pengakuan internasional. Pada tahun 1950, Komite Internasional Palang Merah (ICRC) secara resmi mengakui PMI.
PMI juga menjadi anggota Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah (IFRC). Pengakuan ini membuka jalan bagi PMI untuk bekerja sama dengan organisasi kemanusiaan di seluruh dunia dan memperkuat program-programnya.
Dengan status internasional, PMI tidak hanya fokus pada penanganan konflik, tetapi juga aktif menangani bencana alam yang sering melanda Indonesia, seperti gempa bumi, banjir, dan tsunami. Anda mungkin sudah familiar dengan para relawan PMI yang menjadi garda terdepan saat terjadi bencana. Mereka tidak hanya memberikan pertolongan medis, tetapi juga menyediakan bantuan logistik, mendirikan dapur umum, dan memberikan dukungan psikososial kepada para korban.
PMI juga menjadi pelopor dalam program kesehatan masyarakat, termasuk pengelolaan bank darah yang menjadi satu-satunya di Indonesia. Setiap tetes darah yang Anda sumbangkan melalui PMI memiliki peran vital dalam menyelamatkan nyawa, mulai dari korban kecelakaan hingga pasien penyakit kronis.
Baca juga: Profil Alexander Ramlie: Pelajaran Kepemimpinan dari Sosok di Balik Amman Mineral
Inovasi dan Prinsip Kemanusiaan PMI

Di era modern ini, PMI terus beradaptasi dengan tantangan yang semakin kompleks. Perubahan iklim, krisis kemanusiaan, dan pandemi menjadi tantangan baru. PMI merespons tantangan ini dengan berbagai inovasi. Salah satunya adalah pengembangan teknologi dalam penanggulangan bencana, termasuk penggunaan sistem informasi geospasial untuk memetakan risiko bencana secara lebih akurat.
Selain itu, PMI juga gencar mengedukasi masyarakat tentang pentingnya kesiapsiagaan bencana. Sebagai organisasi kemanusiaan, PMI tetap memegang teguh tujuh prinsip dasar: Kemanusiaan, Kesamaan, Kenetralan, Kemandirian, Kesukarelaan, Kesatuan, dan Kesemestaan.
Prinsip-prinsip ini adalah kompas yang menuntun setiap langkah relawan dan staf PMI. Dari masa Perang Kemerdekaan hingga era digital, PMI terus menjadi simbol harapan bagi jutaan orang yang membutuhkan. Jadi, saat Anda melihat logo Palang Merah, ingatlah bahwa di baliknya ada sejarah panjang perjuangan, pengabdian, dan semangat kemanusiaan yang tidak pernah padam.