King of Pop, inilah julukan yang sangat melekat pada sosok Michael Jackson. Siapa yang tidak tahu sosok legendaris satu ini? Tapi sayangnya tidak semua oran g tahu profil Michael Jackson sebagai seorang pebisnis. Terkenal dengan gaya hidup glamour, Michael Jackson justru kerap kali diremehkan saat mengambil keputusan-keputusan penting dalam bisnis.
Saya mengajak Anda melihat langkah finansialnya yang sering publik remehkan. Setelah itu, kita akan membahas tiga pelajaran manajemen brand yang bisa Anda terapkan hari ini. Dengan begitu, Anda mendapat panduan praktis sekaligus inspirasi langsung dari sang legenda.
Si Raja Pop, Pebisnis Jenius yang Tersembunyi

Meskipun telah meninggal dunia, pada tahun 2010, Michael Jackson mencatatkan pendapatan fantastis sebesar $275 juta. Pendapatan ini melampaui gabungan dari penghasilan Beyoncé, Lady Gaga, Madonna, dan Jay-Z. Prestasi ini bukan hanya buah dari gelombang nostalgia yang menyapu dunia pasca-kepergiannya, tetapi juga hasil dari sejumlah keputusan bisnis yang sangat cerdas.
Michael Jackson menyusun portofolio bisnisnya secara cermat. Ia tidak sekadar menjual album atau tiket konser, namun ia juga membeli katalog ATV seharga USD 47,5 juta pada 1985. Langkah ini kemudian berkembang menjadi Sony/ATV Publishing setelah Sony membeli setengah kepemilikannya.
Lebih lanjut, katalog tersebut kini memuat lebih dari setengah juta lagu milik artis besar, termasuk The Beatles, Bob Dylan, hingga Eminem. Karena itu, nilai asetnya menembus USD 1,5 miliar dan menghasilkan pendapatan tahunan hingga USD 100 juta. Angka tersebut jauh melebihi return saham mana pun dalam periode yang sama.
Baca juga: Kisah Elon Musk: Tantangan, Kegagalan, dan Kesuksesan Sang Inovator
Gaya Hidup Glamour dan Keputusan Finansial yang Berani

Di satu sisi, Michael terkenal dengan gaya hidup mewah. Ia kerap menginap di hotel seharga USD 10.000 per malam dan membangun Neverland Ranch yang megah. Meskipun demikian, ia tetap jeli melihat peluang bisnis yang sulit orang lain temukan.
Ia tidak menahan diri untuk mengeksekusi ide berisiko tinggi namun berpotensi imbal hasil besar. Misalnya, ia berani mengakuisisi katalog lagu saat banyak eksekutif musik meragukan langkah tersebut. Kala itu, MIchael menginvestasikan $47,5 juta untuk membeli katalog penerbitan musik yang mencakup 250 lagu milik The Beatles. Hanya satu dekade kemudian, Sony membeli setengah dari hak kepemilikan katalog tersebut seharga $90 juta.
Kini, katalog tersebut menyimpan lebih dari setengah juta lagu dari artis besar seperti Bob Dylan, Elvis Presley, dan Eminem. Keputusan ini membuat ia bisa menikmati pertumbuhan nilai aset hingga lebih dari 3.000 persen dalam tiga dekade.
Baca juga: Kisah Sukses Jessica Cox: Pilot Pertama Tanpa Tangan yang Menginspirasi Dunia
Belajar dari Michael Jackson Tentang Brand Manajemen
Di balik penampilannya yang eksentrik dan suara lembutnya yang ikonik, Michael Jackson menyimpan pemikiran yang cerdas dan terstruktur. Karier menyanyinya yang luar biasa sukses dapat memberikan kita pelajaran berharga tentang manajemen brand.
1. Bangun Brand Global Tanpa Bantuan Internet

Membangun brand global berarti menciptakan produk atau layanan yang bisa direplikasi dan diperluas secara cepat untuk menarik pasar global. Banyak yang mengira kesuksesan global Michael Jackson hanyalah keberuntungan. Nyatanya, itu adalah strategi terbaik yang dilakukannya.
Michael merancang peluncuran album Off the Wall hingga Thriller dengan skala internasional. Ia menolak pembatasan pasar hanya pada segmentasi R&B, sehingga musiknya menjangkau berbagai ras dan budaya. Selain itu, ia rutin melakukan tur dunia untuk memperkuat kehadirannya secara global.
Kemudian, ia memproduksi lagu dengan melodi dan ritme yang mudah diterima pendengar lintas negara. Hasilnya, Thriller menelurkan tujuh lagu Top-10 Billboard dan bertahan di posisi nomor satu selama 37 minggu. Di sini, Anda bisa melihat bahwa strategi global memerlukan perpaduan konten universal dan distribusi luas.
2. Personal Branding, Performer yang Pandai Storytelling

Michael memahami kekuatan visual di industri hiburan. Ia menciptakan ikon seperti sarung tangan berlian, kaus kaki putih, dan jaket merah Thriller untuk memudahkan publik mengenali sosoknya. Lebih jauh, ia menggunakan video musik sinematik dengan narasi kuat, contohnya Thriller dan Smooth Criminal.
Pada 1983, ia menampilkan moonwalk di acara Motown 25. Penampilan itu menjadi momen bersejarah yang mendongkrak brand image-nya. Michael tidak sekadar tampil namun ia menciptakan aset brand yang ikonik. Dia tahu bahwa konsistensi yang digabungkan dengan keunikan dapat menciptakan brand awareness. Bahkan sebelum istilah influencer dikenal, Michael Jackson sudah melakukannya. Bukan untuk menjual produk, melainkan untuk membangun sebuah perasaan dan koneksi dengan audience-nya.
3. Menggunakan Platform untuk Tujuan Sosial

Michael tidak hanya mengejar keuntungan melainkan juga menyuarakan nilai kemanusiaan. Lagu We Are the World dan Heal the World menekankan pesan persatuan serta kepedulian sosial. Dengan demikian, ia menambahkan dimensi emosional pada brand pribadinya.
Pendekatan purpose driven ini menciptakan koneksi mendalam dengan penggemar. Akhirnya, masyarakat mengenang Michael bukan hanya sebagai entertainer, melainkan juga sebagai tokoh yang mendorong perubahan positif. Warisan Michael Jackson mengajarkan bahwa dampak nyata lahir dari perpaduan antara seni, tujuan, dan keberanian.
Baca juga: Profil Bill Gates: Biodata, Pekerjaan, dan Beberapa Pencapaiannya
Relevansi Strategi Michael Jackson untuk Bisnis Anda

Pertama, Anda perlu merancang produk atau jasa agar relevan bagi pasar global. Gunakan media digital untuk menjembatani batas geografis seperti yang Michael Jackson lakukan lewat tur dan televisi, Anda bisa memaksimalkan platform online. Selanjutnya, bangun identitas visual yang konsisten agar audiens mengenali brand Anda seketika.
Kemudian, sisipkan value atau tujuan sosial. Konsumen modern menghargai brand yang berdampak positif pada masyarakat. Strategi tersebut meningkatkan loyalitas sekaligus memperluas market reach secara organik.
Baca juga: Kisah Hidup William Shakespeare, Sosok Di Balik Kisah Cinta Romeo dan Juliet!
Penutup
Anda dapat menyimpulkan bahwa Michael Jackson bukan semata legenda panggung. Ia juga pebisnis ulung yang menggabungkan visi kreatif dengan keputusan finansial berani. Lantas, Anda bisa meneladani tiga prinsip utama: skala global, personal branding kuat, dan tujuan sosial jelas.
Mulailah menerapkan langkah kecil hari ini. Validasi ide Anda, susun identitas visual, dan jelaskan value brand secara terbuka. Dengan menerapkan pelajaran dari profil Michael Jackson, Anda akan membuka jalan menuju pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan.